Wednesday 3 May 2017

Tugas 3 Ilmu Budaya Dasar





Nama          : Ahmad Fakhriza Luthfi
Npm           : 50416360
Kelas          : 1IA05
Dosen         : Widio Purwani
Teknologi Industri | Teknik Informatika | Universitas Gunadarma 2017

ILMU BUDAYA DASAR

Tugas 3


Ringkasan Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang"
RA Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879.Beliau anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat.Setelah lulus dari Sekolah Dasar iatidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya.Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan.Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut,ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka.Untuk menghilangkan kesedihannya,ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani pembantunya. RA Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879.  Beliau anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani pembantunya.
RA Kartini mengisi hari-harinya dengan membaca tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Jika ada kesulitan, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui bacaan-bacaan inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia meminta diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun. Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.

Nilai –nilai yang terkandung dari perjuangan R.A. Kartini yang perlu kita teladani

Kartini merupakan seorang perempuan yang gigih dan pantang menyerah dalam menjalani kehidupan, meskipun sejak kecil dia tidak bisa menempuh pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi meskipun dia anak seorang priyayi atau keturunan bangsawan seperti yang kebanyakan perempuan bisa lakukan pada saat ini. Tapi itu tidak menjadikan Kartini menyerah atau putus asa tetapi dia tetap berusaha untuk dapat mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan walaupun secara otoditak atau belajar sendiri.

Kartini merupakan perintis perubahan kaum wanita, dimana dia berusaha untuk menyamakan kedudukan agar sebanding dengan kaum laki-laki. Dia mempunyai pemikiran yang maju, cekatan dan pintar. Dia juga fasih berbahsa Belanda, selain itu ia juga pandai memsak, menjahit dan mengurus rumah tangga. Dan sangat taat dalam menerapkan ilmu agama di rumahnya. Ini yang seharusnya menjadi contoh untuk kaum wanita pada saat ini, karena hal-hal tersebut makin lama makin luntur. Walaupun hidupnya bagai di dalam sangkar emas, tapi dia tidak pernah mengeluh. Dan iu justru menjadikan Kartini semakin bersemangant untuk mengangkat derajat kaum perempuan yang saat ini sering kita sebut emansipasi wanita.

Keluarga kartini sangat memegang teguh adat istiadat. Meskipun begitu ia tetap bisa berjuang membela kaum perempuan dengan cara menulis surat atau membuat buku, yang isinya mengandung cita-cita yang luhur, terutama untuk mengangkat derajat wanita Indonesia. Dan meskipun beliau di pinggit, beliau selalu memikirkan kehidupan rakyat jelata. Ia ingin agar wanita Indonesia setara dengan pria, memiliki hak bukan hanya kewajiban dan juga bisa sejajar dengan wanita-wanita dari negara lain.


Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. RA Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan. Jadi, sebagai pelajar marilah kita teruskan perjuangan RA Kartini dengan cara belajar yang tekun.


No comments :

Post a Comment